|
suasana Mid Semester kelas VII A SMP N 4 Banjit (TP.2013/2014) |
Jakarta (ANTARA News) - Guru besar Bahasa Indonesia dari Universitas
Negeri Jakarta (UNJ), Prof. Drs. H. Mbiyo Saleh, MA., mengungkapkan,
Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Melayu yang berkembang. Inilah yang
membuat para penutur Bahasa Melayu di luar Indonesia, sebut saja
Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam mengagguminya.
"Bahasa
Indonesia itu Bahasa Melayu tetapi sudah berkembang. Sementara Bahasa
Melayu tidak. Lambat," ujarnya saat ANTARA News temui di kediamannya di
Kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Minggu.
Mbiyo berkisah,
sekitar tahun 1970, dirinya bersama sejumlah ahli Bahasa Indonesia,
pernah diundang untuk memberikan kuliah soal Bahasa Indonesia di
Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam.
Saat itu, dia dan tiga orang rekannya tergabung dalam program yang dijalankan salah satu universitas swasta di Jakarta.
Pria
berusia 85 tahun ini mengatakan, sekalipun para penutur Bahasa Melayu
di sana sempat menganggap Bahasa Indonesia berbeda dengan Bahasa Melayu,
namun tak mengurangi ketertarikan mereka untuk mempelajarinya.
"Bahasa Indonesia itu tampaknya sudah seperti bahasa yang lain. Orang-orang Melayu gemar sekali," kata Mbiyo.
"Materi yang diberikan itu biasa saja, seperti kosakata dan tata bahasa," tambahnya.
Bahkan,
lanjut dia, para penutur Bahasa Melayu di sana merasa tertinggal baik
dari sisi kosakata ataupun tata bahasa. Mbiyo mengungkapkan, saat itu
dirinya sempat membuat tulisan dalam Bahasa Indonesia lalu berniat
mempublikasikannya melalui media di sana.
"Saya ada tulisan,
'Kami pergi ke Brunei'. Kata saya waktu itu (pada media di sana), jika
bisa dimuat, muatlah. Tetapi menurut mereka perbedaan bahasanya jauh
sekali, 'barangkali menurut mereka ini sudah tingkat tinggi,'" kata
Mbiyo.
Mbiyo tak mengingat pasti hingga kapan pihaknya
memberikan kuliah Bahasa Indonesia di tiga negara itu, namun menurutnya,
pengajaran dilakukan setiap akhir tahun selama lima tahun.
Menurut
Mbiyo, di samping kagum atas perkembangan yang terjadi pada Bahasa
Indonesia, ketiga negara itu juga ingin bahasa ibu mereka mencapai
perkembangan serupa.
"Mereka ingin mengejar tingkat kemajuan perkembangan Bahasa Indonesia. Ingin mereka capai juga," katanya.
Namun,
Mbiyo harus mengelus dada, karena di negaranya sendiri, Bahasa
Indonesia hanya diminati sebatas mereka yang memilih jurusan Bahasa
Indonesia saja.
Masyarakat Indonesia menurutnya, bahkan kerap merasa tidak menguasai bahasanya sendiri.
"Orang
Indonesia sendiri memang suka merasakan tidak menguasai Bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Jadi kita harus tingkatkan penguasaan
bahasa," katanya.
Dia menyarankan, salah satu upaya meningkatkan penguasaan berbahasa Indonesia ialah melalui menulis.
"Kalau
suka menulis, itu lebih baik (penguasaan bahasanya). Menulis itu bentuk
kecakapan kita. Jadi, bahasa lisan kita, kita tulis. Penguasaan bahasa
kita terlihat dari tulisan kita," kata Mbiyo. (*)
Editor: B Kunto Wibisono