Pages

Jumat, 22 Agustus 2014

Peduli pendidikan, Google buat 'ruang kelas' di dunia maya



Merdeka.com - Google sebelumnya diklaim telah menguasai pasar gadget sekolah-sekolah Amerika lewat laptop Chromebook. Kini, Google berniat melangkah lebih jauh dengan mengenalkan Google Classroom. Apa itu?

Google Classroom merupakan sebuah aplikasi lintas platform (PC dan mobile) yang memungkinkan seorang guru dan siswa membuat kelas di dunia maya. Lebih jauh, seorang guru bisa mendistribusikan tugas, mengumpulkan, dan menilai tugas-tugas tersebut via Google Classroom, Engadget (12/08). Aplikasi ini memiliki tampilan yang rapih dan terorganisir serta membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih cepat dan murah.
Uniknya, guru pun bisa membuat sebuah diskusi kelas lewat Google Classroom. Bahkan, siswa bisa mengomentari dan memberikan saran untuk tugas teman 'sekelas' mereka yang lain. Tak pelak, Google Classroom bisa membuat siswa tidak perlu menghabiskan kertas dan peralatan tulis lain. Bukan tidak mungkin bila di masa depan Google Classroom bisa mengantikan kelas-kelas di sekolah seutuhnya.

Pembuatan Google Classroom sendiri tak lepas dari keinginan Google untuk membuat laptop Chromebook semakin diterima oleh masyarakat dunia, khususnya dunia pendidikan internasional.

Setelah diperkenalkan pada bulan Mei lalu, tak kurang dari 100.000 guru dari 45 negara di dunia ikut andil dalam menilai aplikasi baru Google, Google Classroom. Penggunaan secara internasional pun tidak memiliki banyak kendala sebab Google telah menyediakan hingga 42 bahasa di Google Classroom.

Rosemarie DeLoro, seorang guru asal New York, menyatakan selama 60 tahun dia mengajar tidak pernah sekalipun menggunakan komputer. Namun, sejak memiliki Chromebook dan Google Classroom di dalamnya, dia bisa dengan mudah memberikan 'PR' digital kepada murid-muridnya dan memberikan tanggapan secara langsung, kapan pun dan di manapun.

Jika berminat mencoba Google Classroom, Anda bisa mengaksesnya disini .

Siswa SMP Olah Nenas Jadi Bahan Bakar


Kegiatan Siswa SMP N 4 Banjit di Laboratorium Sekolah (TP.2011/2012)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siswa SMP Negeri 1 Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur, berhasil mengolah nenas menjadi bahan bakar alternatif untuk memasak.

"Sebelumnya sudah pernah mencoba dari bahan-bahan lain, sekarang kita coba dari daging buah nenas," kata Sutoyo, guru pembimbing SMP Negeri 1 Kota Balikpapan, Kamis (21/8).

Menurut dia, pembuatan bahan bakar alternatif itu cukup mudah sehingga para siswa dapat membuat sendiri dalam satu kali percobaan.

Awalnya, katanya, teknologi pemanfaatan nenas untuk bahan bakar tersebut, diperoleh dari Pertamina, termasuk alat-alat berupa diskolator.

"Baru empat bulan kita mencoba teknologi ini dan murid-murid juga langsung bisa asal ada bahannya," kata Sutoyo.

"Dari enam buah nenas ukuran besar dapat menghasilkan lima liter sari nenas murni," kata dia.

Sari nenas tersebut dicampur bahan lain, yaitu pupuk urea, NPK, dan ragi, lalu difermentasi selama tiga hari. Setelah difermentasi, lalu dimasak dalam alat bernama diskolator yang terbuat dari panci bertekanan tinggi yang dimodifikasi dengan pipa dan penunjuk temperatur. Salah satu pipa disambungkan dengan ember berisi air sebagai sistem pendingin.

"Kalau suhunya sudah mencapai 78 derajat celcius harus didinginkan," katanya.

Dari pemasakan tersebut menghasilkan etanol yang bisa menjadi bahan bakar untuk memasak.Etanol atau disebut juga etil alkohol yang mudah menguap dan terbakar dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Sutoyo, alkohol yang dihasilkan dari buah nenas tersebut tidak mudah menguap dibandingkan dengan spiritus.

"Ke depan kami ingin mencoba dari kulit nenas dan air kelapa, sehingga tidak ada limbah yang terbuang," katanya.

Bahasa Indonesia yang dikagumi penutur Melayu lainnya


suasana Mid Semester kelas VII A SMP N 4 Banjit (TP.2013/2014)


Jakarta (ANTARA News) - Guru besar Bahasa Indonesia dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Prof. Drs. H. Mbiyo Saleh, MA., mengungkapkan, Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Melayu yang berkembang. Inilah yang membuat para penutur Bahasa Melayu di luar Indonesia, sebut saja Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam mengagguminya.

"Bahasa Indonesia itu Bahasa Melayu tetapi sudah berkembang. Sementara Bahasa Melayu tidak. Lambat,"  ujarnya saat ANTARA News temui di kediamannya di Kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Minggu.

Mbiyo berkisah, sekitar tahun 1970, dirinya bersama sejumlah ahli Bahasa Indonesia, pernah diundang untuk memberikan kuliah soal Bahasa Indonesia di Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam.

Saat itu, dia dan tiga orang rekannya tergabung dalam program yang dijalankan salah satu universitas swasta di Jakarta.

Pria berusia 85 tahun ini mengatakan, sekalipun para penutur Bahasa Melayu di sana sempat menganggap Bahasa Indonesia berbeda dengan Bahasa Melayu, namun tak mengurangi ketertarikan mereka untuk mempelajarinya.

"Bahasa Indonesia itu tampaknya sudah seperti bahasa yang lain. Orang-orang Melayu gemar sekali," kata Mbiyo.

"Materi yang diberikan itu biasa saja, seperti kosakata dan tata bahasa," tambahnya.

Bahkan, lanjut dia, para penutur Bahasa Melayu di sana merasa tertinggal baik dari sisi kosakata ataupun tata bahasa. Mbiyo mengungkapkan, saat itu dirinya sempat membuat tulisan dalam Bahasa Indonesia lalu berniat mempublikasikannya melalui media di sana.

"Saya ada tulisan, 'Kami pergi ke Brunei'. Kata saya waktu itu (pada media di sana), jika bisa dimuat, muatlah. Tetapi menurut mereka perbedaan bahasanya jauh sekali, 'barangkali menurut mereka ini sudah tingkat tinggi,'" kata Mbiyo.

Mbiyo tak mengingat pasti hingga kapan pihaknya memberikan kuliah Bahasa Indonesia di tiga negara itu, namun menurutnya, pengajaran dilakukan setiap akhir tahun selama lima tahun.

Menurut Mbiyo, di samping kagum atas perkembangan yang terjadi pada Bahasa Indonesia, ketiga negara itu juga ingin bahasa ibu mereka mencapai perkembangan serupa.

"Mereka ingin mengejar tingkat kemajuan perkembangan Bahasa Indonesia. Ingin mereka capai juga," katanya.

Namun, Mbiyo harus mengelus dada, karena di negaranya sendiri, Bahasa Indonesia hanya diminati sebatas mereka yang memilih jurusan Bahasa Indonesia saja.

Masyarakat Indonesia menurutnya, bahkan kerap merasa tidak menguasai bahasanya sendiri.

"Orang Indonesia sendiri memang suka merasakan tidak menguasai Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jadi kita harus tingkatkan penguasaan bahasa," katanya.

Dia menyarankan, salah satu upaya meningkatkan penguasaan berbahasa Indonesia ialah melalui menulis.

"Kalau suka menulis, itu lebih baik (penguasaan bahasanya). Menulis itu bentuk kecakapan kita. Jadi, bahasa lisan kita, kita tulis. Penguasaan bahasa kita terlihat dari tulisan kita," kata Mbiyo. (*)

Editor: B Kunto Wibisono

Selamat Datang Di Blog SMPN 4 Banjit

Selamat sore sahabat semua di sore jum'at yg cerah ini admin membuat sebuah blog untuk sekolah kita tercinta SMPN 4 Banjit guna mengikuti perkembangan teknologi jaman sekarang sengaja admin buat sebuah blog sederhana ini untuk wadah sahabat-sahabat keluarga besar SMPN 4 Banjit menyampaikan ide, kritik, dan saran yang membangun untuk kemajuan sekolah kita yang lebih baik lagi. amin